Iklan Kiri

5 Fakta tentang Antiseptik di Bidang Kesehatan

Secara umum, antiseptik dapat diterjemahkan sebagai senyawa kimia atau zat yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri, kuman, dan mikroorganisme tertentu. Meskipun bukan dipergunakan sebagai penghambat pertumbuhan virus, antiseptik nyatanya tetap dibutuhkan dalam berbagai kegiatan medis atau kesehatan, apalagi di rumah sakit.



Antiseptik sendiri bukanlah sebuah temuan yang baru karena ternyata sudah digunakan sejak zaman kuno, lho! Untuk lebih mengenal antiseptik, yuk simak 5 faktanya dari sejak pertama kali digunakan dan dikembangkan. Selamat membaca, ya!

1.    Sudah digunakan sejak zaman kuno.


Rupanya, penggunaan antiseptik sudah ditemukan sejak zaman dahulu kala, lho! Tepatnya sejak zaman Yunani atau zaman Mesir kuno. Pada masa Mesir kuno, terdapat penggunaan beberapa bahan utama sebagai bagian dari proses pembuatan mumi. Bahan-bahan tersebut diyakini bisa menghambat perkembangan mikroorganisme, misalnya minyak sayur, beragam jenis rempah, nafta, dan resin.

Sementara itu, bangsa Romawi dan Yunani kuno juga menggunakan beberapa bahan yang juga diyakini bisa menghambat pertumbuhan mikroorganisme, seperti cuka, minyak, dan anggur. Bahkan, penggunaan cuka dan anggur untuk pengobatan pernah dilakukan oleh Hippokrates.

2.    Berkembang pesat di abad pertengahan.


Di abad pertengahan, sebenarnya sejarah di bidang medis tercatat dalam dua kutub yang berseberangan, yaitu kemajuan dan kegagalannya. Salah satu kegagalan di dunia kesehatan pada abad pertengahan yang paling tersohor ceritanya adalah wabah black death, yang telah mengakibatkan kematian lebih dari 200 juta orang di seluruh dunia.

Sementara itu, seperti yang dilansir dari BBC, proses pembedahan pada abad pertengahan telah memanfaatkan alkohol sebagai antiseptik. Bahkan, tak jarang minuman anggur alias wine juga digunakan. Apalagi, tindakan pembedahan pada masa tersebut sebenarnya sudah cukup kompleks, seperti pembedahan dalam untuk mengangkat batu dari dalam kandung kemih.

3.    Penggunaan bahan kimia pembunuh kuman di zaman modern.


Sedangkan prosedur pembedahan modern berakar dari teknik pembedahan yang dipelopori oleh Joseph Lister dari Inggris. Dokter yang bertugas di rumah sakit kerajaan di Glasgow ini juga merupakan pelopor antiseptik, lho. Pada tahun 1861, kala ia bertugas di barak operasi, ia menyaksikan sendiri banyaknya pasien yang mengalami infeksi setelah operasi. Bahkan, tak sedikit dari kasus infeksi tersebut yang berujung pada kematian.

Dari situ, ia melakukan studi dan menemukan fakta bahwa prosedur operasi yang dijalankan tanpa sterilisasi dapat menyebabkan pembusukan, kerusakan pada kulit dari bekas sayatan, hingga keracunan darah. Ia lantas membuat senyawa antiseptik modern dari beberapa jenis bahan kimia, salah satunya carbolic acid.

Ketika digunakan, ternyata antiseptik yang diperkenalkan oleh Lister menunjukkan hasil yang sangat bagus dan ditandai dengan penurunan angka kematian karena infeksi pasca operasi yang drastis. Sejak saat itu, antiseptik modern yang diperkenalkan Lister makin dikenal dan digunakan secara lebih meluas, termasuk pada alat bedah, tangan petugas medis, ruangan dan bangunan rumah sakit, sampai digunakan oleh masyarakat umum.

4.    Bukan untuk membunuh virus.


Sejak pertama kali dikembangkan dan digunakan, antiseptik berfungsi sebagai zat yang dapat menghambat pertumbuhan mikroorganisme, bakteri, maupun kuman. Dengan begitu, produk antiseptik modern dalam berbagai bentuk yang ada saat ini – gel, cairan, sabun, maupun obat-obatan lain pembunuh kuman – dapat menurunkan risiko penularan penyakit yang diakibatkan oleh kuman, mikroorganisme, maupun bakteri saja.

Hal ini juga berarti bahwa antiseptik tidak ditujukan untuk membunuh virus, karena virus berbeda dengan kuman atau bakteri yang merupakan organisme berukuran sangat kecil. Di samping itu, karakteristik virus membuatnya tidak bersifat aktif ketika virus masih berada di luar sel hidup, termasuk tubuh manusia.

5.    Hindari penggunaan antiseptik terlalu sering.


Memang benar bahwa antiseptik ampuh dalam membunuh kuman, bakteri, maupun mikroorganisme lain seperti parasite. Meski demikian, penggunaannya juga dapat mengakibatkan efek samping, lho! Salah satu efek samping penggunaan antiseptik dapat dilihat pada kulit, apalagi pada penderita alergi atau memiliki kulit sensitif.

Jika antiseptik digunakan terlalu sering, kulit pengguna dapat mengalami reaksi seperti ruam, gatal, bengkak pada lapisan kulit, atau iritasi. Dan risiko tersebut bisa berefek lebih parah apabila pengguna memang memiliki alergi.

0 Response to "5 Fakta tentang Antiseptik di Bidang Kesehatan"

Post a Comment

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel